Cucian siap gosok @ my home

September 2, 2008

Cucian 2 Minggu. Numpuk…

Masih ada lagi dijemuran

Papan gosokan selalu menanti

Duh… ngeliatnya aja udah capek

Kapan?

June 10, 2008

Alur kehidupan manusia mengalami epiloginya sendiri. Tidak semua berjalan sesuai dengan harapan. Bahkan terkadang jauh dari sasaran.

Kapan? Salah satu kata berbasa-basi dalam pergaulan yang menjadi kebiasaan masyarakat indonesia ini kadang membuat semangat, terkadang juga bikin jengkel. Tergantung dari suasana hati pada saat dilontarkan pertanyaan tersebut.

Alur pertanyaan “kapan” sudah mulai bergilir kita rasakan pada sejak kita masih kecil.

Sebelum bisa berjalan, “kapan bisa jalan?”

Sebelum masuk sekolah, “kapan masuk sekolah?”

Sebelum lulus kuliah, “kapan lulus?”

Setelah lulus,”kapan kerja?”

Sebelum nikah, “kapan nikah?”

Setelah nikah, “kapan punya anak?”

Setelah punya anak satu, “kapan anak kedua?

Setelah anak pada besar2, “kapan mantu?”

Dan seterusnya…dan seterusnya, silih berganti tak pernah henti.

Dari beragam silih bergantinya pertanyaan tersebut, akhirnya akan bermuara juga pada pertanyaan “kapan” yang mungkin bagi sebagian dari kita tak berani untuk melontarkan sebagai bahan kata berbasa-basi. Yaitu pertanyaan “Kapan mati?”

Ketika saat itu tiba, sudah siapkah kita???

Kebohongan / Dusta Kita

February 22, 2008

Dalam pergaulan sehari-hari, entah itu dengan orang tua, saudara, teman ataupun orang yang belum dikenal sekalipun, kita terkadang tak lepas dari khilaf, termasuk salah satunya melakukan kebohongan. Hal itu dilakukan mungkin bisa dikarenakan terpaksa ataupun tidak dan tersadar ataupun tidak.

Apa Anda ingat, kapan pertama kali melakukan kebohongan? Maaf, bukan bermaksud mengingat-ingat kelamnya masa lalu atau menceritakan aib diri sendiri. Yang aq ingat, pertama kali aq melakukan kebohongan justru terhadap ibuku sendiri. Semoga Allah memaafkan segala khilaf yang dilakukan dan memberikan rahmat serta kasih sayangNya selalu untuk ibuku tercinta. Saat itu ibu menyuruhku pergi kewarung untuk membeli sesuatu. Aq kembali dengan barang yang disuruh oleh ibu. Aq serahkan semua belanjaan beserta kembalian yang telah terlebih dulu uangnya sedikit aq sisihkan, sekedar untuk membeli roti (klo gak salah). Semuanya aq lakukan tanpa sepengetahuan ibu karena sebelumnya aq sudah membeli barang yang lain, tapi aq maunya lebih. Ibu termasuk jeli terhadap harga barang belanjaan. Tiap harga satuan barang beliau ketahui dengan baik. Kalaupun ada yang berubah beliau tanya kembali harga satuannya. Jadi beliau tahu jelas ada ketidakcocokan antara uang yang dihabiskan untuk belanja dengan kembaliannya. Yah…ketahuan dah. Karena merasa bersalah, terpaksa akhirnya aq mengaku. Kuserahkan uang kembalian yang rencananya akan aq korupsi. Lantas saja ibu marah. Beliau tidak suka aq berbohong. Lebih baik bilang klo memang mau beli yang lain. Sekalinya orang berbohong, seterusnya orang gak akan percaya sama orang bohong. Kata2 itu yang begitu jelas kuingat sampai sekarang. Aq langsung minta maaf. Dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Akhirnya ibu memaafkanku dan memberikan uang yang niat semulanya akan aq korupsi. Kelanjutan dari cerita ini aq lupa. Aq beli barang yang ingin aq beli atau aq kembalikan uang itu ya??? Yah, itulah sekilas tentang masa laluku yang menjadi awal pembelajaran untukku betapa tidak mengenakkan dimarahi karena melakukan kebohongan. Dan mungkin, Anda punya satu lagi kisah kebohongan yang sedang terbersit dibenak Anda saat ini??? Silahkan berselancar untuk mengingat-ingat.

Hakikatnya tidak ada manusia yang ingin melakukan perbuatan dosa termasuk melakukan kebohongan/dusta. Pastinya hal ini dapat membuat sipelaku merasakan beban yang sangat tidak mengenakkan didadanya. Dari satu kebohongan, untuk menutupi kebohongan itu sendiri, akan bermunculan berbagai kebohongan yang lain. Dan apabila satu kali diketahui melakukan kebohongan, kebanyakan orang akan trauma dan akan sulit sekali untuk kembali percaya.

Dengan semakin pintarnya manusia, teknologi semakin canggih, namun tak lantas menjadikan kebohongan terdeteksi dengan baik. Justru kebohongan tak luput mengikuti zamannya. Kebohongan sekarang semakin terbungkus rapih, semakin beragam dengan bentuk kamuflase yang semakin halus. Dengan kepintaran mereka pula fakta nyata diputar balikkan, yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Saksikan pula bagaimana berprestasinya negara kita lantaran korupsi sehingga semakin menghancurkan negeri ini. Perceraian rumah tangga pun semakin marak karena ada dusta yang terselip diantara keduanya. Tentu masih banyak lagi serial kebohongan dengan berbagai pelakon yang menghiasi latar ini. Karena mungkin digemari, maka episode kebohongan ini akan terus berputar entah sampai kapan.

Banyak macam kebohongan yang dilakukan manusia. Berbagai alasan tidak jauh dari perihal pencapaian status keduniawian. Karena memang sifat dasar manusia lebih tidak bersukur atas apa yang telah diterimanya, selalu saja merasa kurang. Sedikit mengurai segala jenis kebohongan yang ada.

Kebohongan karena berharap pengakuan. Diakui sebagai orang kaya, berkelas, cantik, pinter dan lain sebagainya. Semua dilakukan karena pada kenyataanya keadaan sebenarnya tidaklah demikian. Para ulama salaf berkata, semakin panjang angan-angan seseorang untuk menguasai dunia, makin rusaklah amalan2nya. Jadi dengan memanjangkan angan-angan itu, seseorang akan semakin lupa dengan taubat, Ia semakin jauh dari mengingat mati, malas berbuat amal shaleh. Hal itu terjadi karena Ia telah bersenang-senang dengan syahwat/keinginan dan sampailah Ia ditemui hari kerusakannya

Kebohongan karena berharap kebebasan. Ini terjadi pada mereka yang terbelit masalah persidangan dan terancam kurungan. Dia akan berbohong dengan segala cara mengurai alibi bohong untuk terbebas dari ancaman itu. Meyakinkan pengacara, pak hakim dan pak jaksa kapan saya akan disidang, sudah lima bulan mendekam belum juga ada panggilan (hayyah jadi nyanyi dangdut!!!).

Kebohongan karena berharap kekayaan. Ini terjadi pada mereka yang hobinya menimbun kekayaan. Mereka tak sadar bahwa Allah hanya memberikan satu mulut dan satu perut untuknya. Contoh paling kecil seperti yang aq ceritakan sedkit diatas. Itu hal yang kecilnya. Coba bayangkan untuk kolong melarat di INA yang melakukan hal ini dari Mengeruk segala kekayaan negara demi kepentingan sendiri. Andai orang2 seperti mereka dimusnahkan dari bumi pertiwi Indonesia, bisa jadi saat ini negara kita adalah bangsa yang terbesar, terkaya dan terhebat didunia. Wuih…

Kebohongan terhadap waktu. Mungkin kita sering menganggapnya sepele. Apalagi sebagian besar orang INA yang sudah pakem disebut jam karet. Cukup dengan hanya kata maaf untuk dijadikan senjata ampuh pada seseorang atas kemanjaan kita terhadap waktu. Tanpa sadar kita telah mendzoliminya dengan memangkas waktu yang sudah dipersiapakannya untuk yang lain. Belum lagi kemanjaan yang dilakukan pada diri sendiri. Justru akan berakibat fatal pada masa depan kita yang diangankan gemilang. Jika mengingat dengan kewajiban yang harus dilakukan, tak ayal petasan berbunyi “tar tar entar !!!” atau membunyikan kilahan lain ”abis ini deh…bener abis ini”. Padahal Allah telah mengingatkan dalam surat ( Al Asr : 1-3 ) ”Demi waktu, Sungguh manusia dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”. Seperti yang diingatkan pula oleh Raihan dalam lagunya mengenai 5 perkara sebelum 5 perkara lain, yaitu: Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua, Kaya sebelum miskin, Lapang sebelum sempit, Hidup sebelum mati. Semoga kita bukan tergolong orang yang merugi karena telah menyiakan waktu yang diberikan.

Allah SWT begitu sayang terhadap hamba2Nya. Untuk itu Allah SWT memperingatkan kepada manusia yang beriman perkataan yang benar untuk mengikuti perintah takwa, “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki amal-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab : 70 & 71 ). Klo Allah SWT mengatakan demikan, tentulah banyak makna yang bisa dirasakan oleh setiap manusia dari sikap kejujuran tersebut.

Rasulullahpun berkenaan memperjelas dengan haditsnya “Hendaklah kamu selalu berada pada siklus kejujuran, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kamu kepada kebaikan dan kebaikan itu sendiri akan mengantarkan kepada surga. Jauhilah oleh kamu (Jangan sekali-kali kamu dekati) dusta sesungguhnya dusta itu membawa kamu kepada kerusakan dan sesungguhnya kerusakan itu akan mengantarkan kamu kepada neraka”.

Dalam riwayat lain Rasulullah tidak mengakui orang yang berbohong itu sebagai seorang muslim. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasul, “mungkinkah seorang mukmin itu menjadi pengecut?” Rasulullah mengatakan, “Ya, mungkin”. Lalu sahabat tersebut bertanya kembali, “mungkinkah seorang muslim itu bakhil?” “Ya” Jawab Rasul. Lalu, “mungkinkah seorang muslim itu pendusta?“ Rasul dengan tegas menjawab, “Tidak ! karena dusta tidak bersatu dengan iman”. Serius sekali bukan. Kita tidak akan diakui sebagai orang Islam karena kebohongan yang diperbuat. Karena Islam itu sendiri berlandaskan pada kebenaran. Kebenaran yang hakiki yaitu mengakui adanya Allah ta’ala sebagai Tuhan yang kita sembah.

Walau dunia ini tak akan pernah terhapus dari kebohongan, karena rangkaian cerita kebohongan sudah berlangsung sejak zaman nabi Adam berada disurga, mungkin sampai akhir zaman. Setidaknya kita selalu BERUSAHA untuk tidak menjadi bagian dari pelaku kebohongan yang dapat merugikan orang lain dan akan kembali kediri kita sendiri. Mulailah dari sekarang untuk selalu mencegah kebohongan untuk mencapai predikat kesejatian seorang muslim. Yuk kita sama2 memulainya !!! Untuk memulainya bisa dengan menggunakan rumus 3M. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai saat ini juga.

Mulai sekarang… Tidak ada dusta diantara kita. Okeh 3x 😉

/*dilansir dari berbagai sumber*/

Dikejar2 SPP

February 19, 2008

“Hah…”. Aku menghela nafas panjang dan langsung menghembuskannya sesaat kemudian. Duduk didepan serambi kost, sambil menikmati angin sore yang terasa begitu hangat. Pandanganku kosong menatap langit yang tak cerah pun tak mendung, diiringi barisan awan yang menderap datang dan pergi dari matahari senja.

Namaku adalah jodi, mahasiswa Tekhnik Informatika semester 6. Selepas SMA aku hijrah dari Yogyakarta ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah, meninggalkan orang tua dan ketiga adikku yang manis.

“Kenapa harus ke Jakarta ndok, kamu khan bisa kuliah disini. Banyak perguruan tinggi yang bagus disini, kenapa harus mencari jauh-jauh ke Jakarta?” Tanya ibu dengan pilihanku untuk melanjutkan kuliah dijakarta.

Di Yogyakarta memang banyak perguruan tinggi yang bertebaran, baik yang swasta maupun yang berstatus negeri. Ada UGM, UNY, dll. Yogyakarta sendiri lebih banyak dikenal orang sebagai kota pelajar.

“Jodi ingin kuliah dijurusan komputer Bu”.

“Masmu Joko juga kuliah jurusan komputer diUGM, kenapa kamu harus jauh-jauh kejakarta?

“Jodi ingin lebih mandiri Bu. Di Jakarta Jodi juga ingin mencari pengalaman tinggal di ibukota.” Akupun beralasan menguatkan pilihanku. Berbagai macam pertanyaan dilontarkan ibu karena kekhawatirannya padaku. Karena melihat tekadku yang sudah bulat, akhirnya orangtuaku memberikan restunya walaupun terasa berat karena ditinggal merantau pergi oleh anak sulung mereka.

Aku merasa cocok kuliah dan tinggal di Jakarta. Udara dijakarta sama panasnya dengan kondisi udara di yogya. Kuliahkupun berjalan lancar. Aku dapat bersaing dengan mahasiswa lain yang berasal dari ibukota sekalipun.

Sampai akhirnya setahun lalu, Bapak mengalami kebangkrutan. Usahanya ditipu orang. Kuliahku terancam putus karena terbentur biaya yang sudah tidak disanggupi lagi oleh Bapak. Saat itu aku masih semester 3.

“Bapak minta maaf, bapak sudah tidak dapat membiayai kuliah kamu lagi. Penghasilan bapak dari usaha toko yang sekarang masih tersisa hanya cukup untuk membiayai kehidupan keluarga kita sehari-hari dan untuk membiayai sekolah adik2mu.”

Aku sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa bapak yang akhirnya berdampak pada kuliahku. Dengan kondisi yang ada, aku bertekad untuk tetap melanjutkan kuliah. Untuk membiayai kuliah dan kehidupanku diJakarta aku terpaksa hidup prihatin. Mengencangkan ikat pinggang dengan sekencang-kencangnya. Aku mencoba bekerja serabutan yang disesuaikan dengan jadwal kuliah, agar kuliahku tidak terganggu. Pada saat di yogya, aku terbiasa membantu Bapak berjualan ditoko selepas pulang sekolah sampai menjelang maghrib. Setidaknya pengalaman itu dapat aku jadikan modal dalam mencari rezeki di Jakarta selepas kebangkrutan usaha Bapak. Beruntunglah Selain itu aku juga mendapatkan tawaran dari teman untuk mengajar privat 2 anak SMA untuk pelajaran matematika dengan bayaran Rp 50.000 selama 1,5 jam sekali datang.

Penghasilanku dari bekerja serabutan dan mengajar hanya cukup untuk membiayai kehidupanku dikostan, membeli perlengkapan kuliah dan sewa kost perbulan. Belum termasuk untuk membayar SPP. Untuk melanjutkan kuliah semester 4, aku harus mengusahakan biayanya sendiri. Aku tidak memiliki tabungan sedikitpun. Terpaksa aku harus menunggaknya kali ini. Walau begitu aku masih tetap bisa mengikuti perkuliahan dengan terlebih dulu mengurus surat penundaan biaya kuliah.

Akhirnya aku dapat memembayar tunggakan SPP semester 4 menjelang memasuki semester 5. Itupun dengan meminjam uang pada yudi, salah seorang teman satu kostan.

“Aku pinjam dulu yud, InsyaAllah aku akan membayarnya dengan cara mencicil”.

“Ya udah, pake aja dulu. Otak lo khan encer. Sayang banget klo lo harus cuti gara-gara belum bayar SPP. Ntar siapa dong yang bisa gue tanyain masalah peer ?”

“Makasih banget yud…”

Untuk biaya SPP semester 5 aku kembali harus menunggaknya. Sebelumnya aku tak pernah terpikir untuk mengurus beasiswa. Dengan nilai IPK 3.3, sebenarnya sedari dulu aku bisa mendapatkan beasiswa. Pada saat itu aku berpikir beasiswa itu hanya untuk mahasiswa yang kurang mampu. Tapi keadaankku beda antara dulu dengan sekarang. Sekarang aku sangat membutuhkannya sekedar untuk membayar SPP agar kuliahku dapat berlanjut. Alhamdulillah beasiswa itu keluar pada semester 5. Beasiswa itu aku gunakan untuk membayar SPP semester 5 yang menunggak.

Semester 5 sudah berlalu, dan kini sudah memasuki semester 6. Aku tidak dapat menunggak untuk kesekian kalinya pada semester 6 ini. Ditambah lagi aku sama sekali belum membayar hutangku pada yudi. Aku bingung. Tak pernah aku alami masalah serumit ini.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar”. Suara Adzan memecahkan lamunanku. Tak terasa waktu telah beranjak maghrib. Bergegas aq mengambil air wudhu, dan segera pergi kemusholla yang letaknya tak jauh dari kosan.

Cobaan ini terasa begitu berat yang membuatku menjadi seseorang yang rapuh dan cengeng. “Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi dari apa yang dapat diterima oleh hambanya”. Kalimat itulah yang menjadi satu-satunya penguat untukku. Dibalik ujian yang Allah berikan ini untukku pasti akan ada jalan keluarnya. Aku mencoba untuk sabar dan mengikhlaskan. Aku memutuskan untuk iktikaf dimusholla ini sampai shalat isya kuselesaikan.

Selesai shalat isya aku kembali kekostan. Ditengah jalan aku melihat seorang perampok yang sedang mengancam seorang bapak dengan senjata api. “ Jangan teriak, atau nyawa lo yang akan jadi taruhannya. Cepat keluarkan tas koper yang lo bawa dan serahkan ke gue!”. paksa perampok dengan mengarahkan senjata tepat ditengah muka seorang bapak2. Ditempat itu sebenarnya ada 3 orang yang menyaksikan, tapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena takut dengan ancaman senjata api si perampok.

Melihat kejadian itu aq mengendap keluar dari barisan para penonton lain untuk menuju kearah belakang si perampok. Gelapnya malam menolongku dari penglihatan si perampok. Kuambil sebongkah kayu yang tergeletak. Sambil mengendap perlahan, menyusup dikegelapan malam mendekati si perampok dari arah belakang.

BUK!!! Hantaman keras dari belakang kuarahkan ketangan perampok itu. Senjata apipun terlepas dari tangannya. Perampok itu langsung berbalik kerahku dan Buk!!! Hantaman kedua kalinya kuarahkan tepat dikepalanya. Seketika badannya tersungur ketanah, tak berdaya. Senjata api yang lepas dari tangannya, lantas kutendang jauh-jauh, agar tak dapat diraih kembali oleh perampok itu. Melihat keadaan sudah terkendali, orang-orang setelah itu pada berteriak “ADA PERAMPOOOOOK!” dan serombongan orang2 orang lansung berondong mehantami perampok itu dengan berbagai begoman tajam. Karena kaget dengan kejadian yang menimpanya, bapak yang menjadi korban perampokan akhirnya pingsan.

***

“Dimana saya?” bapak itu siuman kemudian menanyakan keberadaannya.

“tenang saja, bapak aman disini. Ini tempat tinggal saya, bapak bisa istirahat disini setelah kejadian perampokan yang menimpa bapak tadi” jawabku menenangkan bapak itu yang kelihatannya masih trauma dengan kejadian perampokan yang barusan saja menimpanya.

“Kamu khan yang menolong saya tadi, terima kasih nak” santun bapak itu mengucapkan.

“Itu sudah kewajiban saya pak, lain kali kalau bepergian bapak harus lebih hati-hati, karena didaerah sini memang rawan perampok” Aku mencoba untuk mengingatkan.

“Perampok itu menyalip mobil saya dengan motornya, kemudian memaksa saya untuk keluar dari mobil dengan menggedor-gedor kaca jendela mobil saya. Sepertinya dia hanya mengincar tas koper yang saya bawa ini. Dengan menunjukkan tas koper berwarna merah maroon kecoklatan miliknya.

“Tampaknya meraka sudah tau kalau tas koper yang saya bawa ini berisi surat-surat berharga untuk kepentingan perkara hukum yang sedang saya tangani”. Bapak itu menjelaskan kronologis kejadian.

“Siapa namamu nak?” Tanya bapak itu padaku.

“Jodi pak” Jawabku singkat.

“Kamu anak baik dan pemberani. Mungkin jika tidak ada kamu, entah apa jadinya nasib bapak. Tas ini hilang atau bahkan nyawa bapak yang sudah melayang ditembak perampok itu.”

Setelah menjelaskan kronologis kejadian, bapak itu mengambil tas koper yang menjadi inceran perampok dan membukanya. Terlihat beberapa lembar surat dan satu buah amplop berwarna coklat diatasnya. Bapak itupun mengambil amplop itu dan langsung memberikannya padaku“. Ini tanda terimakasih dari bapak. Jumlahnya mungkin tidak seberapa, jika dibandingkan keberanianmu tadi menolong bapak. Terimalah nak.”

Bapak itu memberikan amplop itu dengan sedikit memaksa. Sudah berkali-kali kutolak, namun berkali-kali pula bapak itu menyodorkan amplop coklat itu kearahku.

“Terima kasih pak. Sekali lagi Saya hanya menjalankan kewajiban. Semoga keselamatan dan keberuntungan selalu menyertai hari2 Bapak setelah ini”.

“Ini kartu nama saya, disitu tertera nama dan alamat perusahaan tempat saya bekerja. Atas rekomendasi dari saya pasti ada beberapa posisi kosong disana yang dapat ditempati untuk pemuda pemberani dan baik seperti kamu”.

Hose Purnomo dan rekan. Hose Purnomo, SH, MH. Tertulis pada kartu nama yang dia berikan.

Tak berapa lama kemudian seseorang datang menjemputnya, Bapak itupun beranjak meninggalkan tempat kostanku dengan meninggalkan kisah tersendiri yang masih tersimpan dibenaknya.

Apa isi amplop coklat ini??? Berdegup kencang jantungku ketika membukanya. Tak kusangka isinya berupa lembaran uang dengan total Rp 3.000.000. Cukup untuk membayar SPPku yang menunggak 2 semester. Sekejap masalah rumit itupun hilang sudah. Berubah menjadi ketakjuban atas kekuasaan Tuhanku

Kini Allah telah membuktikan janjiNya. Allahu Akbar, Alhamdulillah, Terimakasih YA ROBBI…

/* very2 sory strowberry, cerpen perdana hasil penulis amatiran neh :D*/

Selamat Tinggal 68313631

January 3, 2008

Aq baru ganti no hp neh. Sebelumnya aq pke flexy trendy yang pengisian ulangnya selalu menggunakan kartu, alias prabayar. Sekarang ini aq pke flexy classy yang pascabayar. Kereeen… berasa pulsanya gak abis2, tapinya malah bikin boros. Bisa2 tagihannya ngebludag lagi. Kudu pake sistem pengiritan neh 

Setelah aq menyebarkan no hpku yang baru ini, ada2 aja komentar nyeleneh dari temen2ku. Diantaranya…

Sakur  : Ganti no semoga jodohnya deket

Aq       : Apa hub-annya ganti no sama deket jodohnya? sakur aneh (geleng2 kepala)

Sakur  : Emang ga ada. Tapi semoga jodohnya emang deket

Aq       : Makaseh atas doanya. Sakur juga deh 😉

Widi   : Ganti no hp mulu. Punya counter hp ya non

Aq       : iya neh mumpung gratisan

Widi   : Dasar orang ina. Yang gratisan aja dikerubutin

Aq       : So pasti lah 

K’irul  : Dasar ganjen ganti2 no hp

Aq       : Ganjen yang diperbolehkan toh!!! 

Nunu  : Dikejar2 apaan lin pke ganti no

Aq       : utaaang, hayyyah!!! 

Diantara komentar nyeleneh diatas, banyak juga yang akhirnya menumbuhkan silaturahmi diantara temen2 lama. Saling menanyakan kabar masing2 yang ujung2nya aq disuruh maen  kerumah mereka deh… Aq hanya bisa menjawab “InsyaAllah ya…” 

Entah karena apa, no kali ini sering terjadi gangguan. Kadang sms tidak terkirim dan sms dari orang juga enggak masuk. Panggilan masuk juga sering enggak tersambung. Apa aq harus ganti nomor lagi??? Duh…APA KATA DUNIA?

Kini Hadir di WordPress

January 3, 2008

Satu lagi, sarana buat belajar menulis di internet. Kebetulan Semangat untuk belajar menulis mulai membahana kembali. Niatnya seh mau jadi penulis. Menurut Satria Hadi Lubis “Sukses adalah 1% bakat dan 99% ketekunan”. So, kudu tekun belajar menulis, jika memang ingin jadi penulis (jangan anggap serius!!!!)